Luar biasa, kau mengacuhkanku begitu saja. Entah apa salahku, ketika kau semudah itu mengacuhkanku. Setelah semua pengorbanan ini terjalani dengan sempurna, tapi kau malah....
Sial. Ini bukan mimpi seperti lagu Isyana. Ini nyata.
Aku heran setengah mati. Kau yang begitu mudahnya akrab denganku, dengan semudah itu pula kau lupa akan kehadiranku.
Cuek. Itu kini jadi sikapmu kepadaku. Rasanya aku tidak mengenalimu lagi. Itu bukan kamu.
Padahal, setelah semua kita lalui bersama, susah-senang, dan kuusahakan kau selalu senang denganku. Kata senang itu sekarang tinggalah fiktif. Hilang sudah pengharapan yang dulu kupertahankan.
Kubangun rasa cintaku padamu dengan berjuta angan untuk memilikimu. Tapi yang ada kini ialah; kau lupa denganku. Kau sedang berusaha untuk menjauhiku. Bagai debu yang berharap pindah tempat tersebar angin.
Mana sayapmu?
Aku menanyakan sayapmu, karena dulu kau selalu bisa membawaku bagai terbang tinggi di udara. Halus caramu menyokongku untuk terbang jauh lebih tinggi lagi sehalus awan, udara, dan hujan.
Tapi kini semua bagailah bulu angsa yang jatuh begitu saja. Terhempas jauh ke tanah.
Cuma satu yang kuyakini kini dengan penuh harapan; Sayapmu akan tumbuh lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar