Kamis, 21 November 2019

Review Film Rumah Kentang : The Beginning

Mungkin ini bukan pertama kalinya gue nonton film horor sebangsat mungkin, karena filmnya menurut gue keren, rapih, tapi... gimana dah jelasinnya.

Oke. Langsung aja.

Sinopsis
Adrian dan Sofia adalah penulis suami-istri yang buku-bukunya sudah mulai tidak laku lagi dipasaran, dan penerbitnya meminta mereka untuk menulis sesuatu yang lebih real dan berdasarkan kisah mereka sendiri.

Adrian pun menemukan solusi dengan pergi liburan ke rumah orang tua Sofia. Adrian, Sofia, Nina, Nala, Bayu dan Uwa pun pergi kesana. Dan teror mulai berdatangan, dimulai dari hilangnya Nina dan juga Bayu. Sofia dan Adrian harus mencari cara agar mereka bisa kembali menemukan kedua anak mereka yang hilang entah kemana, dengan menemukan serangkaian kebenaran yang berdatangan.





Pertama gue mulai suka sama Hitmaker Studios yang udah berani pindah pengiring musik buat di film mereka yang baru lewat gubahan-gubahan yang gak norak punya Ricky Lionardi. Gue emang lebih suka sama musik-musik dia disini yang gak main jebar-jeber di tiap scene yang padahal sama sekali bukan jumpscare.

Nah, untuk alurnya sendiri. Gue suka ketika mereka memasang tahun 80-an sebagai latarnya. Dan gue juga sampe gak bisa mikir pas nonton tadi, gara-gara berusaha ngitungin berapa jumlah kentang yang mereka habiskan untuk produksi film ini.

Kalau boleh jujur, Hitmaker punya kemajuan yang gak melulu dengan sinematografi kamera masuk lewat lubang kunci, tiap adegan demi adegannya yang menurut gue seperti konyol banget jadinya kalau tiap scene harus banget masuk lubang kunci, nembus jendela, nembus pintu dan sebagainya. Mungkin karena pada akhirnya mereka memberikan lagi satu kepercayaan pada Rizal Mantovani yang mencoba membuat gebrakan baru untuk prekuel Rumah Kentang ini, yang sebelumnya agak sedikit kurang srek pada tahun 2012 dan menjadi debut Hitmaker Studio sendiri. Tapi kali ini, harus banget di acungi jempol, terlebih untuk storytelling dan pengeksekusiannya. Gambarnya pun tetap andalan Hitmaker yang begitu apik.

Segi cerita sendiri, cukup sederhana dari awal sampai akhir. Bahkan gue rasa, Prekuel ini cukup berkesinambungan dengan film sebelumnya. Dan gue suka sama bagian-bagian "jimat" yang menurut gue ngingetin banget sama film-film klasik, dan bahkan sekarang udah jarang banget. Keterlibatan Epy Kusnandar menjadi karakter Dadang disini benar-benar mendapatkan porsi yang pas, dan tidak terlalu memaksa. Acting Luna Maya patut di acungi jempol untuk segi actingnya yang mampu menyesuaikan karakter. Dia mampu dengan cepat melepas tokoh Suzzanna dan meneguhkan karakter Sofia pada film ini. Tak heran jika ia patut dijuluki sebagai Ratu Horror dalam tiga tahun belakangan ini.

Untuk segi setannya sendiri, suka sama setan awal yang lebih serem ketimbang hantu anak-anak kecil gosong dengan mata yang putih alih-alih menakutkan malah kayak zombie gosong. But still very oke.

Mungkin cuma satu hal saja dari gua yang sedikit membelenggu; kenapa setiap teror datengnya harus malam terus. Seakan penonton sudah pasti tahu kalau sudah malam, oh, berarti bakal muncul setannya nih. Dan benar saja. Walau film menunjukan  jam dinding pukul 12 malam, teman di sebelah saya sudah siap-siap menutup mata dan telinga, bahkan ada juga yang sudah berteriak lebih dahulu. Jadi kurang greget.

Spoiler (Gak Suka jangan dibaca) : 
Ternyata Dadang adalah dukun yang membantu Ayah dan Ibu Sofia untuk melakukan pesugihan pada setan agar cepat kaya raya dan perkebunan kentang mereka sukses besar. Sampai kemudian tibalah waktunya setan meminta tumbal, tapi ayah dan ibu sofia tidak mau menumbalkan Sofia, makanya Sofia di bawa pergi jauh dari desa. Ketika berhasil membunuh kedua orang tua Sofia, setan pun pergi. Tinggal hantu anak kecil yang gentayangan dan tidak di terima di surga dan neraka. Dia sengaja menculik kedua anak Sofia dan Adrian, Nina dan Bayu hingga kemudian ditukar dengan Sofia-harus tahu siapa ibu dari anak tersebut yang tega menumbalkannya. Dan ternyata dia adalah Darti, pembantu rumah tangga Sofia sendiri yang sudah puluhan tahun bekerja di rumah kentang tersebut. Dan hantu anak kecil itu dibutakan oleh sajen yang sering diberikan oleh Darti pada rumah tua perkebunan kentang tersebut. Adrian dan Sofia berhasil menemukan Nina dan Bayu, mereka pun pulang dengan lega dan ide cerita novel baru yang sukses akhirnya. Sementara Darti mati dilempar kesana-kemari oleh hantu anaknya sendiri tersebut.

SCORE 1/10 : 8

No judge, just proud. Dendot.

1 komentar:

  1. "Selamat siang Bos 😃
    Mohon maaf mengganggu bos ,

    apa kabar nih bos kami dari Agen365
    buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
    ayuk... daftar, main dan menangkan
    Silahkan di add contact kami ya bos :)

    Line : agen365
    WA : +85587781483
    Wechat : agen365


    terimakasih bos ditunggu loh bos kedatangannya di web kami kembali bos :)"

    BalasHapus